Traveling Trip Mancanegara

Bertaruh Nyawa Melewati Checkpoint Charlie

Checkpoint Charlie Berlin  – Gelas kopi saya belum habis, saat teman asal Beijing itu memaksa saya bergegas ke Checkpoint Charlie.
 
” Masih gerimis!” tolak saya. Berlin masuk musim panas saat saya tiba, kadang hujan turun tiba-tiba. Tapi tampaknya niat menuju Friedrichstrasse memang sulit dibendung.
Menurut Si Beijing, Checkpoint Charlie adalah tempat paling tepat untuk memulai tur sejarah kami di Berlin. Ah, saya tak kuasa menahan niat pria tampan satu ini!
Jadilah kami berdua berlari kecil sepanjang jalan menuju U – Bhan, kereta bawah tanah yang membawa kami ke Checkpoint C itu.  Tak jauh dari stasiun kereta bawah tanah, kami pun memulai kilas balik masa paling suram di Jerman.

Pos Penjagaan Ada dibalik Pohon Natal 
Bongkahan besi merah menancap di aspal jalan, tepat di depan sebuah toserba. Di sinilah Peter Fecheter merenggang nyawa setelah peluru panas menembus pinggangnya.
45 tahun lalu remaja 18 tahun itu mati. Ia tercatat sebagai orang pertama yang mati di Checkpoint Charlie.Fecher tak sendiri karena setelah dirinya masih ada ratusan jiwa lain yang menantang kematian di Checkpoint Charlie.

Usai jatuhnya kekuasaan Hitler dan Nazi di perang dunia kedua.  Jerman dibagi menjadi empat bagian. Inggris, Amerika Serikat san Perancis mencaplok Jerman Barat sebagai wilayah kekuasaan. Sementara Jerman Timur berada di bawah kekuasaan Uni Soviet. Untuk mengamankan wilayah kekuasaan lah, pos penjagaan dibagun.

Charlie bukan nama orang tapi merupakan kode untuk huruf C. Checkpoint pertama Alpha berada di Helmstedt dan Checkpoint kedua Bravo berada di Dreilinden.
Checkpoint C sebenarnya adalah pos penyebrangan bagi diplomat dari Jerman Barat menuju Jerman Timur. Tapi aturan ini tak berlaku bagi penyebrangan dari Timur ke Barat.
Inilah yang mendasari warga Jerman Timur yang bertarung nyawa menuju Jerman Barat yang kala itu memiliki kehidupan yang lebih layak.

Sisa Tembok Berlin Bisa Kamu Lihat di Gedung ini 
Areal Pekuburan di Wilayah Jerman Timur 
Kisah melintasi Checkpoint Charlie bak drama penuh intrik. Banyak kisah naas atau bahkan kisah heroik tercatat dalam sejarah, mulai dari bersembunyi di kolong mobil hingga menggali terowongan di lahan pekuburan.
Namun kini, Friedrichstrasse berubah rupa. Pos penjagaan yang jadi momok menakutkan pun, kini berubah menjadi atraksi wisata.
” 2 Euro bitte!” ujar tentara Amerika usai mencap paspor si Beijing dengan cap Checkpoint C.   Dia bukan tentara sungguhan, hanya aktor yang sehari- hari ‘menjual’ kisah Checkpoint Charlie pada wisawatan.
Menyusuri setiap jengkal Checkpoint Charlie, kini memang tak sulit. Kamu bisa mengunjungi Museum, sisa tembok Berlin hingga areal kuburan tempat wardga Jerman Timur berupaya sembunyi- sembunyi melewati Checkpoint Charlie.

Numpang Nampang yaaa 😉

Gerimis telah reda saat kami memutuskan menyudahi wisata sejarah di Berlin kali ini. Rasanya tak cukup satu hari untuk menyelami sejarah panjang setiap jengkal jalan Friedrich.

Pastikan kamu mendatangi tempat ini bila ke Berlin. Tempat ini sangat mudah ditemukan.  Kamu bisa naik kereta bawah tanah atau bus yang melewati wilayah ini. Ngak bakal nyasar deh, karena Check Point Charlie adalah salah satu tujuan utama wisatawan.

Selamat jalan-jalan di Checkpoint Charlie

Liebe,
Turis Cantik

Leave a Reply

Instagram