Traveling Tips Traveling

Hati-hati Memilih Teman Saat Travelling (Part 2 – end )

 

 Hati-hati Pilih Teman Saat Travelling  Aloha!  Mbak Turis ngak lupa kok melanjutkan kisah yang kamu baca di postingan sebelumnya 😉
 
Kadang bikin blog yang tag line bawahnya bersambung…. Bikin kita jadi deg-degan seolah seluruh dunia menantikan kapan saya akan nulis lanjutanya ( ya elah lebay amat 🙂 
Setiap travelling saya selalu ingat pesan ibu saya “kalau ketemu orang baru jangan suka berpikiran negatif,  ngak semua orang niat jelek sama kamu!”

Saya beruntung dibesarkan oleh ibu saya yang sangat pandai bergaul.  Dia punya teman dimana saya, mulai dari karena berkenal di angkutan umum, kereta api sampai ibu-ibu langganan sayur.  Walaupun kenal hanya sepintas,  saat kita menebar kebaikan insya allah pertemuan dan pertemanan sepintas itu akan berguna suatu hari nanti.  Kalau saya perhatikan saat kesulitan ada aja temannya yang membantu.
Nah bekal ini lah yang selalu saya bawa saat travelling.
Saya kenal ketiga kelompok orang ini dalam pertemuan tak di sengaja.  Hingga kini mereka semua menjadi lebih dari sekedar teman jalan tapi sahabat.


1. The chinese duo

Duo asal tiongkok ini bernama wu fang dan chen zen ( ngak tau ya tulisannya bener apa ngak ini). Sebenarnya ada dua laki laki lagi, tapi saya sudah lama hilang contact walaupun mereka masih ada dalam friend list saya di facebook.

Saya bertemu mereka ngak sengaja di sebuah gerbong kereta di paris pertengahan tahun 2008. Saya agak dag dig dung saat ke paris untuk pertamakalinya,  karena kendala bahasa, ngak paham peta, ngak tau mau kemana modalnya nekad aja kebetulan bos tempat kerja saya kasih saya libur beberapa hari.

Kalau di paris kereta penuh sesak dengan mayoritas orang berkulit hitam yang kalau ngomong rada kasar lengkap dengan muka yang ngak ramah. Mau tanya direction aja udh takut duluan.  Nah si wu fang ini bawa koper gede banget rada menghalangi jalan saya waktu masuk pintu kereta.  Dari keserimpet kaki ini lah saya mulai SKSD eh ngak tau nya dia bisa sedikit bahasa inggris. Akhirnya kami sepakat untuk mengelilingi paris bersama.
Kami sepakat sharing kamar karena mereka udah sewa kamar di salah satu rumah warga tiongkok di paris.  Sebenarnya lokasinya ngak di tengah kota banget,  saya lupa nama stasiunnya tapi rada jauh dari menara eiffel.  Karena itulah mungkin harga sewanya rada murah.

Orang tiongkok sangat cermat dan teliti soal ittenary,  mereka udah siap semua jadi saya tinggal ikutin aja. Ternyata si wu fang ini kerja di sebuah majalah mode di beijing, dan dia punya kenalan banyak orang tiongkok di paris.  Mereka hoby makan di resraurant cina tapi sangat paham bahwa saya ngak makan babi,  jadi cari restoran tiongkok muslim.  Saya sangaaaattt terbantu bertemu orang-orang ini,  kalau boleh di katakan anugrah banget deh.

Kalau dihitung-hitung biaya saya dari jerman ke paris hanya Rp 700.000 all in udah termasuk sewa tempat tinggal,  tiket kereta dan makan. Kalau masuk amusement atau museum saya gratis karena pakai kartu wartawan.  Ini hitungan tahun 2008 ya saat Euro kisaran Rp 13.000

Si wu fang sekarang jadi stylish di majalah mode di beijing. Sementara si chen ngak tau apaan kegiatannya karena statusnya di facebook dalam bahasa chinese,  tapi dia sekarang tinggal di Hong Kong.


2. Imigrant Gelap Myanmar

Namanya Hta Hta!  Salah satu orang paling baik dan tulus yang saya kenal.  Saya bertemu dengannya dalam sebuah forum komunitas wartawan di jerman. Kebetulan duduk di kursi sebelah, makan siang pun bersama. Ngobrol ngalor ngidul akhirnya sampailah pada keinginan untuk jalan-jalan ke belanda.  Saya yakin banget orang ini baik,  enak di ajak ngobrol dan udh biasa travelling.

Ternyata hta ini wartawan terkenal di negara asalnya mungkin sekelas najwa shihab atau desi anwar. Hingga sekarang tiap saya ketemu orang asal myanmar dan menyebut namanya,  mereka langsung tahu siapa yang saya maksud.  Karena dia terkenal di amsterdam kami tinggal di rumah kenalan temannya,  pas saya tanya lagi ternyata teman yang dia maksdu adalah fans setianya alamaaakk!!

Saya dan Hta di Amsterdam

Jalan jalan di amsterdam enak banget makan ada yang bayar, kemana mana di anterin dan tinggal di rumah dengan selimut tebal.  Semuanya karena bekingan si hta hta 🙂

Ternyata si hta ini adalah imigrant gelap dulunya,  terapung apung di atas sampan selama beberapa minggu hingga di selamatkan nelayan.  Persis kayak cerita pengungsi rohingya.

Tapi katanya dia beruntung bisa selamat dan tidak di kembalikan ke negaranya. Sekarang hta hta berdomisili di amerika serikat dan menikah dengan orang asli sana.


3. Brondong manis asal semarang

Di Kawah Bromo

Nah kalau yang ini kisah teman jalan di tanah air.  Saya dan teman kerja namanya sari travelling ke bromo kalau ngak salah tahun 2013. Saat menuju bromo kami harus menyewa mobil elf rada cukup mahal kalau hanya untuk dua orang.  Kalau mau murah harus barengan sama orang lain yang juga punya jurusan yang sama.  Option kedua kayaknya lebih pas ya, untuk menghemat duit 🙂

Menunggu hampir sejam akhirnya datangnya segerombolan mahasiswa asal semarang dengan logat jawanya yang medok.  Full seat berangkat lah kami ke bromo. Ternyata anak anak ini kuliah di universitaa diponegoro,  teman geng bocah dari smp sampai kuliah. Untuk ukuran anak kuliah menurut saya mereka ini baik, sopan dan sigap menolong banget.

Perjalanan menuju kawah bromo jadi lebih fun dengan kehadiran mereka.  Sampai sekarang saya masih berteman dengan beberapa diantara mereka yang kebetulan sempat tukaran pin bb.

Sebenarnya ngak semua orang beruntung menemukan teman travelling yang notabene adalah stranger alias orang asing  yang benar-benar baik,  seperti cerita saya diatas.

Dalam banyak kasus ada beberapa orang yang malah misalnya kena tipu atau malah di copet sama orang yang awalnya dipikir bisa jd temen jalan bareng.

Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan  misalnya:


1. Jangan memberikan identitas lengkap 

Saat berkenalan saya selalu menggunakan nama panggilan. Kalau ditanya kerja dimana selalu jawab swasta.  Pokoknya jangan berikan identitas lengkap di awal pertemuan.

2. Pilih teman jalan lebih dari satu orang

Saya ngak pernah mau jalan saya orang yang juga solo travelling. Biasanya orang yang saya pilih merupakan gerombolan wisatawan juga.

3. Pilih orang asia

Saya orang asia jadi saya lebih memilihorang asia untuk jalan bareng.  Walaupun berbeda negara, keterikatan sebagai ras asia kadang sangat terasa dan biasanya jadi sugesti aja kalau mereka ngak mungkin niat jahat.

4. Gunakan insting kamu

Semakin banyak kamu travelling dan mengenal orang,  insting untuk menghadapi bahaya akan terbentuk dengan sendirinya. Kalau kamu ragu,  cari orang lain.
Nahh.. Sekarang udh tahu dong cara memilih teman yang asik,  intinya cari orang yang membuat nyaman aja.

Selamat jalan-jalan bareng teman yang ASIK y jangan lupa juga  Hati-hati pilih teman saat travelling

Love,
Turiscantik

Leave a Reply

Instagram