Kira-kira begitu kalimat awal Daniel seorang koordintor Goethe Institute yang kembali mengundang saya dan sejumbah orang asia ke Berlin di siang yang cukup terik di akhir bulan Mei.
Tempat yang ia maksud adalah The Memorial To The Murdered Jews Of Europe, atau dalam bahasa simplenya sebuah memorial untuk mengenang penganut Yahudi yang meninggal di camp pengungsian atau pembunuhan massal saat masa kejayaan nazi maupun di masa perang dunia kedua.
Bangunan “aneh “ ini lah yang selalu mengusik sejak saya pertama kali menginjakan kaki di Berlin ,saya selalu bertanya dalam hati “ ini apa ya? Kok aneh ya? Kuburan bukan ya?”
Bangunan yang terletak ditengah pusat pemerintahan ini terlihat “mentereng” dan sangat kontras dengan bangunan modern yang ada di sekitarya, saya menyebutnya “Bangunan yang sangat menarik perhatian”.
Bukan sebuah statue, bukan juga sebuah banguan peringatan yang umum. Saya juga agak ragu bila nyebutnya sebagai bangunan krn lebih cocok di sebut sebagai kumpulan batu yang tidak rata, dengan tempat pijakan yang juga tidak stabil krn kadang menurun dan naik seenaknya.
Sebuah memorial building atau statue selalu di bangun dengan kesadaran untuk mengenang sebuah sejarah atau perisiwa penting suatu bangsa. Tidak lah mudah untuk bangsa jerman ,membuka kembali kisah pembunuhan yahudi yang sampai saat ini enggan di bicarakan, menurut Daniel ini krn rasa bersalah dan malu yang harus di tanggung generasi saat itu dan coret buram sejarah yang juga harus di selalu di pertanyakan generasi saat ini.
Daniel tersenyum lebar saat saya bertanya “ apa arti tumpukan batu itu, buat saya terlihat tidak seperti sebuah memorial krn polos tanpa kalimat apa pun” masih dengan senyum yang sama ia hanya menjawab “ Ternyata kita punya pertanyaan yang sama, krn sampai saat ini saya juga sulit nntuk menjawab pertanyaan itu”
Memorial ini d bangun oleh seorang arsitek yahudi yang tinggal di Amerika Serikat bernama Peter Eisenman, hanyalah suatu kebetulan Peter seorang yahudi krn pembuat memorial ini di tunjuk melalui sebuah lomba design, tapi kebetulan yang berarti lebih mengingat ini memang memorial place untuk mengenang Yahudi.
“Tidak ada arti apa-apa” itulah konsep peter dalam membuat design tempat ini, tanpa arti, tanpa tulisan, tanpa makna, tanpa apa-apa, dengan konsep ini semua orang bebas memberikan arti dalam sudut pandang mereka sendiri setiap mereka melewatinya.
foto dan surat |
Seorang Indonesia seperti saya mungkin mengartikan seperti kuburan massal, tapi untuk orang Jerman seperti Peter mengartikannya sebagai sebuah tempat perenungan untuk kilas balik sejarah bangsanya.
10 tahun Jerman membuat konsep tentang bagaimana,dimana,siapa yang membuat dan akan seperti apa tempat itu.
Tempat ini terletak cora-berliner-street ( strabe) berlin. Tempat ini di pilih krn letaknya yang tak jauh dari The Brandenburg Gate, tidak jauh dari gedung parlemen, tidak jauh dari tempat Hitler bunuh diri dan tidak jauh dari tempat pembunuhan massal kaum Homoseksual dan hippies di sebuah taman tepat di depan tempat ini.
Di tahun 2003 mulai lahan lah kosong itu isi 2,711 batu dengan ukuran yang berbeda ada yang kecil, besar,sempit dan lebar, di tahun 2005 tempat ini resmi di buka untuk umum.
Muller nyatakan tidak ada konsep apapun dari tempat ini, yang dia inginkan hanya orang yang lewat monumen ini seperti saya misalnya berpikir,merenung dan bertanya tentang bentuk yang tidak biasa dari tempat ini, kemudian akan ada orang yang menjawab dan terciptakan sebuah pembicaraan tentang peristiwa kala itu, ia ingin orang mengenang dengan bercerita dan membagi sejarah itu kepada orang lain..
Bila pertanyaan belum terjawab pengunjung bisa mengunjungi museum tepat di sebelah kiri monumen,sebuah tangga menujumuseum yang akan memutar kembali cerita pembantaian yahudi itu …
Buat saya semua pertanyaan sudah terjawab saat masuk ke dalam tengah kumpulan batu itu, saat saya merasa tidak ada suara, tidak ada pandangan lain selain batu, saat tubuh tiba-tiba menjadi kecil di tengah batu yang tinggi menjulang, sebuah kehampaan sesaat..
Love,
Turis Cantik