Traveling Trip Indonesia

‘Sengat’ Wisata Pulau Penyengat

Pesona Wisata Pulau Penyengat – Terik Sinar Matahari menyambut kami di Pulau Penyengat. Berjarak 2 kilometer dari Tanjung Pinang, pulau kecil ini harus ditempuh menggunakan perahu kayu kecil yang biasa di sebut ‘ PomPong’.

Wisata keliling Pulau Penyengat amatlah mudah, karena wilayahnya yang tak terlalu luas dan penduduknya yang amat sangat ramah dengan wisatawan.
Maklumlah, wisata menjadi pemasukan paling besar di Penyengat, mungkin hampir sebagian besar warganya menggantungkan hidup dari wisata. ( Belakangan saya tahu 60% warga juga penjadi PNS )
Senyum ramah Abang Becak Motor atau Bentor, menghantar saya memulai jelajah wisata di tempat ini. Si Abang sudah belasan tahun membawa wisatawan lokal dan asing keliling Penyengat.

Mereka sudah layaknya Tour Guide, terlebih mereka adalah orang asli penyengat yang lahir dan tumbuh besar di pulau ini. Nilai tambahnya adalah sebagian dari mereka mampu berbahasa Inggris!
” Saya biasa bawa keliling Wisatawan. Kemarin saya bawa bule Jerman!” Begitulah sopir Becak Motor menjual promosi wisata Penyengat.
Logat Melayunya sangat kental dengan warna rambut pirang dan kulit tubuh yang menghitam akibat terlalu sering tersengat sinar matahari.
Di tengah suara Bentor yang kencang, Si Abang pun bercerita mengapa Pulau ini disebut Pulau Penyengat.
Sejak berabad-abad lalu Pulau di muara sungai Riau ini memang dikenal sebagai bermuaranya serangga yang menyerupai Sengat, banyak yang menyebut serangga yang dimaksud sejenis Lebah.
Pulau ini juga dikenal sebagai muara air tawar bagi para pelaut. Di suatu masa, ada seorang pelaut yang melanggar pantangan saat mengambil air tawar, sehingga pelaut itu tewas karena disengat ratusan serangga.
Cerita rakyat itu pun berpesan ‘ Jangan menjadi Manusia Serakah ‘ mungkin Sang Pelaut terlalu banyak mengambil air. Sejak itulah para pelaut menyebut pulau ini sebagai Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat semakin menjadi buah bibir, setelah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Johor-Riau pada 1803.
Disinilah titik Nol paling tepat, untuk memulai jelajah wisata sejarah masa lalu kesultanan Melayu.
Becak Motor berhenti di sebuah lahan pekuburan, tempat permaisuri kerajaan di makamkan. Letaknya berada di tengah permukiman warga. Hanya terlihat batu nisan dibungkus kain kuning, khas pekuburan di masa kerajaan. Tak jauh dari lokasi pertama, kami juga singgah di makam Raja Haji Fissabillilah.

Tempat kedua adalah Masjid Raya Sultan Riau. Masjid masih kokoh berdiri sejak 1803 ini, konon terbuat dari putih telur dan pasir laut. Warnanya sangat shaydu perpaduan kuning dan hijau pupus.

Masjid inilah pusat perkembangan Islam di Riau dimulai di masa itu.

Tempat terakhir adalah Rumah Adat. Rumah adat yang berdiri sekarang hanyalah replika, namun di tempat itulah dahulu kala rumah adat didirikan. Tepat dibawah rumah adat ada sebuah sumur air tawar.

wisata pulau penyengat kepri
Orang asli Kepri percaya, air ini bisa menyembuhkan penyakit. Airnya sangat segar seperti air mineral, sejuk ditenggorokan, sedikit aneh memang, karena jaraknya hanya beberapa meter dari pantai.

wisata pulau penyengat kepri
wisata pulau penyengat kepri
Perjalanan pun usai, saat saya tiba kembali di dermaga kecil, tempat kapal kayu kami bersandar.
Sayup- sayup terdengar suara becak motor yang menjauh, saat kapal kayu kami kembali melaju ke tengah kota.
Wisata sejarah masa lampau selalu menorehkan kesan mendalam untuk saya. Rasanya bangga bisa menjadi bagian dari anak bangsa yang tinggal di Nusantara, dengan sejarah peradaban yang luar biasa.
How to Get There?
Tentunya kamu harus naik pesawat terbang ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Kamu bisa menggunakan jasa mobil sewaan menuju dermaga kapal kayu ‘pompong’ berada. Pompong biasanya disewa untuk satu rombongan, ongkosnya pulang pergi Rp. 150.000 satu kapal kayu muat 10 hingga 12 orang.

Kalau tak mau rombongan, kamu bisa naik satu kali perjalanan dengan harga Rp. 10.000 / perorang.

Selamat jalan-jalan di Pulau Penyengat

Liebe,
Turis Cantik

Leave a Reply

Instagram